SELAMAT DATANG
DI UPTD DIKPORA SU II PALEMBANG
Rischa yuliyanty'
Minggu, 15 Maret 2015
Kamis, 30 Mei 2013
Knowledge Sharing
Knowledge Sharing
Absorptive capacity
Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Cohen dan Levinthal (1990). Absorptive capacity didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi, mengasimilasi, dan mengeksploitasi pengetahuan dari lingkungan eksternal. Definisi tersebut dikembangkan lebih jauh sebagai kemampuan untuk mengenali nilai informasi baru, mengasimilasikannya, dan mengaplikasikannya secara komersil (Cohen dan Levinthal, 1990). Konsep tersebut diperluas dengan diperkenalkannya satu komponen tambahan dalam absorptive capacity, yaitu transformasi pengetahuan (Zahra dan George, 2002). Transformasi pengetahuan didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam mengembangkan rutinitas yang memfasilitasi kombinasi pengetahuan yang ada dengan pengetahuan yang baru diperoleh dan pengetahuan yang telah diasimilasi. Sehingga dimensi menurut Zahra dan George memiliki empat dimensi yang berbeda namun saling melengkapi, yaitu akuisisi, asimilasi, transformasi, dan eksploitasi. Kapabillitas akuisisi dan asimilasi merupakan dimensi kapasitas ´potensial´ (potential absorptive capacity) dan kapabilitas transformasi dan eksploitasi merupakan dimensi kapasitas yang "direalisasikan " (realized absorptive capacity) (Zahra dan George, 2002). Potential absorptive capacity menangkap deskripsi Cohen dan Levinthal atas kapabilitas perusahaan untuk menilai dan memperoleh pengetahuan eksternal namun tidak menjamin eksploitasi pengetahuan ini.
Berbagai definisi diutarakan mengenai pengertian
pengetahuan. Pengetahuan bukan merupakan suatu data atau informasi, namun dapat
berhubungan dengan keduanya (Davenport dan Prusak, 2000). Pengetahuan
didefinisikan sebagai: a fluid mix of framed experience, value, contextual
information, and expert insight that provides a framework for evaluating and
incorporating new experiences and information. It origins and is applied in the
minds of knowers. In organisation, it often becomes embedded not only in
documents or repositories buat also in organizational routines, processs,
practices, and norms (Davenport dan Prusak, 1998).
Knowledge sharing didefinisikan sebagai sebuah pertukaran pengetahuan antar dua individu; satu orang yang mengkomunikasikan pengetahuan, seorang lainnya mengasimilasi pengetahuan tersebut (Jacobson, 2006). Penelitian lain mengartikan knowledge sharing sebagai "the exchange or transfer process of fact, opinions, ideas, theories, princples and model within and between organizations include trial and error, feedback, and mutual adjustment of both the sender and receiver of knowledge" (Szulanski, 1996). Definisi diatas diperluas lagi dengan pernyataan bahwa knowledge sharing merupakan proses dimana individu secara kolektif dan iteratif memperbaiki sebuah pemikiran, gagasan, atau saran sesuai dengan petunjuk pengalaman (West dan Mayer, 1997). Gasasan awalnya dapat dimodifikasi secara progresif atau ditolak secara terus-menerus sampai perspektif bersama muncul. Ireland, Hitt dan Vaidyanath (2002) mendefinisikannya sebagai proses mengembangkan, mentransfer, mengintegrasikan dan menggunakan pengetahuan secara efektif dan efisien.
Hooff dan Ridder (2004) memberikan pemahaman mengenai knowledge sharing sebagai proses dimana para individu secara mutual mempertukarkan pengetahuan mereka (tacit and explisit) dan secara terpadu menciptakan pengetahuan baru. Definisi ini memberi gambaran bahwa dlihat dari segi perilaku knowledge sharing terdiri dari dua hal, yaitu:
Knowledge sharing didefinisikan sebagai sebuah pertukaran pengetahuan antar dua individu; satu orang yang mengkomunikasikan pengetahuan, seorang lainnya mengasimilasi pengetahuan tersebut (Jacobson, 2006). Penelitian lain mengartikan knowledge sharing sebagai "the exchange or transfer process of fact, opinions, ideas, theories, princples and model within and between organizations include trial and error, feedback, and mutual adjustment of both the sender and receiver of knowledge" (Szulanski, 1996). Definisi diatas diperluas lagi dengan pernyataan bahwa knowledge sharing merupakan proses dimana individu secara kolektif dan iteratif memperbaiki sebuah pemikiran, gagasan, atau saran sesuai dengan petunjuk pengalaman (West dan Mayer, 1997). Gasasan awalnya dapat dimodifikasi secara progresif atau ditolak secara terus-menerus sampai perspektif bersama muncul. Ireland, Hitt dan Vaidyanath (2002) mendefinisikannya sebagai proses mengembangkan, mentransfer, mengintegrasikan dan menggunakan pengetahuan secara efektif dan efisien.
Hooff dan Ridder (2004) memberikan pemahaman mengenai knowledge sharing sebagai proses dimana para individu secara mutual mempertukarkan pengetahuan mereka (tacit and explisit) dan secara terpadu menciptakan pengetahuan baru. Definisi ini memberi gambaran bahwa dlihat dari segi perilaku knowledge sharing terdiri dari dua hal, yaitu:
- knowledge donating, yaitu bagaimana seseorang mengkomunikasikan model intelektual individu seseorang kepada yang lainnya.
- knowledge collecting, yaitu bagaimana seseorang berkonsultasi kepada pihak lain untuk melakukan model intelektual individu yang dimiliki.
Absorptive capacity
Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Cohen dan Levinthal (1990). Absorptive capacity didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi, mengasimilasi, dan mengeksploitasi pengetahuan dari lingkungan eksternal. Definisi tersebut dikembangkan lebih jauh sebagai kemampuan untuk mengenali nilai informasi baru, mengasimilasikannya, dan mengaplikasikannya secara komersil (Cohen dan Levinthal, 1990). Konsep tersebut diperluas dengan diperkenalkannya satu komponen tambahan dalam absorptive capacity, yaitu transformasi pengetahuan (Zahra dan George, 2002). Transformasi pengetahuan didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam mengembangkan rutinitas yang memfasilitasi kombinasi pengetahuan yang ada dengan pengetahuan yang baru diperoleh dan pengetahuan yang telah diasimilasi. Sehingga dimensi menurut Zahra dan George memiliki empat dimensi yang berbeda namun saling melengkapi, yaitu akuisisi, asimilasi, transformasi, dan eksploitasi. Kapabillitas akuisisi dan asimilasi merupakan dimensi kapasitas ´potensial´ (potential absorptive capacity) dan kapabilitas transformasi dan eksploitasi merupakan dimensi kapasitas yang "direalisasikan " (realized absorptive capacity) (Zahra dan George, 2002). Potential absorptive capacity menangkap deskripsi Cohen dan Levinthal atas kapabilitas perusahaan untuk menilai dan memperoleh pengetahuan eksternal namun tidak menjamin eksploitasi pengetahuan ini.
REFERENSI
:
http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=809:knowledge-sharing&catid=25:industri&Itemid=14
Sabtu, 25 Mei 2013
Knowledge portal
Categorization)
Kategori Knowledge Management System (KMS) sharing yang baik harus mengandung empat elemen dibawah ini:
- Knowledge creation and capture, perusahaan harus mendorong para pihak yang terlibat, seperti karyawan dan pelanggan untuk terus menciptakan pengetahuan mengenai apa yang mereka harapkan, dan perusahaan harus mampu menangkap dengan pengetahuan apa yang telah mereka ciptakan. Dengan kata lain perusahaan harus mampu mengubah tacit knowledge menjadi eksplisit knowledge
- 2. Knowledge sharing and enrichment, setelah pengetahuan ditangkap dan dituangkan dalam bentuk explicit maka perusahaan harus mampu membagikan pengetahuan itu kepada karyawan lainnya agar mampu memberikan masukan ataupun inspirasi untuk mengembangkan pengetahuan tersebut lebih lanjut sehingga menghasilkan sebuah inovasi baru dan pengetahuan yang relevan disaring agar knowledge asset yang akan disimpan merupakan knowledge yang benar-benar dibutuhkan.
- Knowledge storage and retrieval, pengetahuan yang baik tersebut harus disimpan dengan baik pula, dan mudah diakses agar siapa saja yang membutuhkan dapat mencarinya dengan mudah.
- Knowledge dissemination, perusahaan juga harus mampu menyebarkan pengetahuan tersebut agar dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Portal pengetahuan(Knowledge Portal atau KP) merupakan tempat kerja
maya (virtual workplaces) yang mempromosikan upaya berbagi pengetahuan
yang aman, diantara bebera[a katagori dari pengguna akhir. KP
memberikan kemudahan akses pada data terstruktur yang tersimpan dan
mengorganisasikan data yang tidak terstruktur. Aplikasi berbasis web
ini memberikan satu tempat akses pada informasi online, dan mampu
menyederhanakan akses ke data yang tersimpan dalam berbagai sistem
aplikasi. Selin itu juga mampu memfasilitasi kolaborasi antar tenaga
ahli dan membantu perusahaan dalam menjangkau pelanggan-penggannya.
Portal dapat memberikan solusi dan mengubah tantangan-tantangan
bisnis saat ini, terkait dengan: waktu penyerahan yang lebih cepat,
pergantian staf, permintaan pelanggan dan investor yang lebih kompleks,
peningkatan yang tajam dalam pengelolaan dokumen elektronik yg menjadi
informasi bisnis kunci dan kecepatan dalam pengelolaan konten yang
meningkat jumlah dan jenisnya. Beberapa jenis portal antara lain
pengumpulan informasi (Gathering), penggolongan infdormasi
(Categorization), penyebaran (Distribution), kerja sama dan kemitraan
(Collaboration), pemublikasian, persoalisasi dan kustomisasi, serta
untuk navigasi atau pencarian informasi.Sumber : http://blog.trisakti.ac.id/informazi/2011/12/07/knowledge-portal-dan-km-tools/
KNOWLEDGE PORTAL PPT
Rabu, 22 Mei 2013
Jumat, 17 Mei 2013
ARTIFICIAL INTELLIGENCE ( KECERDASAN BUATAN
A. Definisi
- H. A. Simon [1987] : “ Kecerdasan buatan (artificial intelligence) merupakan kawasan penelitian, aplikasi dan instruksi yang terkait dengan pemrograman komputer untuk melakukan sesuatu hal yang dalam pandangan manusia adalah- cerdas”
- Rich and Knight [1991] : “Kecerdasan Buatan (AI) merupakan sebuah studi tentang bagaimana membuat komputer melakukan hal-hal yang pada saat ini dapat dilakukan lebih baik oleh manusia.
B. Abstrak
Manajemen pengetahuan merupakan kajian yang sedang mendapatkan
perhatian dari industri dan pemerintah. Ketika kita hendak membangun
organisasi pengetahuan, manajemen pengetahuan akan memainkan peran dasar
terhadap keberhasilan transformasi pengetahuan individu ke dalam
pengetahuan organisasi. Salah satu blok pembangunan kunci untuk
mengembangkan dan memajukan bidang manajemen pengetahuan ini adalah
kecerdasan buatan (AI), yang mana banyak para praktisi dan teoritikus
manajemen pengetahuan mengabaikannya. Paper ini akan membahas kemunculan
dan masa depan manajemen pengetahuan, dan hubungannya terhadap
kecerdasan buatan. © 2001 Elsevier Science Ltd. All rights reserved.
Keywords: Knowledge management; Artificial intelligence; Expert systems
- Pendahuluan
Business process reengineering (BPR), Year 2000 (Y2K), sekarang
knowledge management (KM). Merupakan suatu manajemen pengetahuan seperti
sebuah mode yang para konsultan memimpikan untuk menjaganya agar
memberikan keuntungan yang akan dikerjakan dengan segera di tahun-tahun
yang akan datang atau haruskah manajemen pengetahuan diperlakukan
sebagai tujuan strategis dalam organisasi untuk capturing (penangkapan),
sharing (berbagi), dan leveraging (pengungkilan) pengetahuan yang lebih
baik secara internal dan eksternal? Suatu perhatian dan pesimisme yang
memungkinkan (atau boleh jadi konservatisme) berada dalam memunculkan
manajemen pengetahuan dan melakukan inisiatif manajemen pengetahuan.
Satu perhatian adalah bahwa persentase wajar dari para manajer senior
meyakini bahwa manajemen pengetahuan mungkin hanya manajemen pengetahuan
pelengkap dan usaha membangun kembali proses bisnis (BPR). Banyak usaha
BPR telah gagal, sehingga ada perhatian bahwa manajemen pengetahuan
terperangkap pada bahaya yang sama. Isu kedua adalah bahwa terdapat
kekakuan yang sangat sedikit diletakkan ke dalam pengembangan
metodologi-metodologi manajemen pengetahuan. Hanya sedikit perusahaan,
seperti teknologi RWD, Andersen Consulting, Dataware Technologies, The
Delphi Group, dan yang lainnya, telah berkembang dengan teliti
menggunakan metodologi komprehensif untuk membangun proyek manajemen
pengetahuan. Terkait dengan isu ini bahwa bidang manajemen pengetahuan
menjadi tidak berbentuk seperti vendor yang mengklaim bahwa produknya
adalah tools “manajemen pengetahuan”, tetapi secara sederhana berupa
manajemen pengetahuan atau produk manajemen informasi.
- Manajemen Pengetahuan dan Konsep Dasarnya
Manajemen pengetahuan (Liebowitz, 1999; Liebowitz, 2000; Liebowitz
and Beckman, 1998) adalah proses penciptaan nilai ases-aset tersembunyi
organisasi. Ini berkaitan dengan seberapa bagus mengungkil pengetahuan
secara internal dalam organisasi dan secara eksternal kepada para
pelanggan dan stakeholder. Misalnya, manajemen pengetahuan
mengkobinasikan berbagai konsep dari sejumlah disiplin, mencakup
tindakan organisasi, manajemen sumber daya manusia, kecerdasan buatan,
teknologi informasi, dan sebagainya. Fokusnya adalah seberapa bagus
berbagi pengetahuan untuk menciptakan nilai tambah yang bermanfaat untuk
organisasi.
Teknologi yang mendukung Knowledge management
- Artificial Intelligence (AI)
AI didefinisikan sebagai kecerdasan buatan yang dimasukkan ke dalam
suatu entitas. Sistem ini umumnya dianggap komputer, karena kecerdasan
diciptakan dan dimasukkan kedalam suatu mesin (komputer) agar dapat
melakukan perkerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia. Beberapa
metode berdasarkan kecerdasan buatan yang digunakan untuk Knowledge management systemantara lain system pakar (expert system), intelligent agent, logika fuzzy dan jaringan syaraf tiruan (neural networks).
- Intelligence Agents
Inteligence Agents merupakan sistem piranti lunak yang mempelajari
bagaimana penggunanya bekerja dan menyediakan perantara (agent) untuk
mengerjakan tugas-tugas yang dilakukan pengguna. Sebagai contoh, pada
saat software intelligence agent mendapat perintah untuk memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh user, perantara pasif akan mengamati
informasi-informasi apa saja yang cocok dengan kemauan atau kepentingan
user, sedangkan perantara aktif akan mencari informasi-informasi yang
berkaitan dengan pilihan-pilihan user. Dalam Knowledge management System, software ini dapat difungsikan untuk mengidentifikasi dan memperoleh berbagai pengetahuan.
- Knowledge Discovery in Databases (KDD)
KDD merupakan suatu proses untuk mencari dan menggali
informasi-informasi yang berguna dari beraneka ragam banyak data-data
dan dokumen. Banyak sekali data-data lama dan dokumen penting yang
terpendam didalam database pada media penyimpanan yang berkapasitas
besar sehingga dibutuhkan proses data mining yang ideal untuk memperoleh
kembali data-data yang penting tersebut.
- Extensible Mark-up Language (XML)
XML merupakan bahasa mark-up serba guna yang menjadi standar dari
world wide web consortium untuk mendiskripsikan berbagai macam struktur
data, sehingga data dapat terproses secara tepat oleh system yang
berbeda-beda tanpa harus melakukan proses programming lagi. XML tidak
hanya dapat mengautomatisasi berbagai proses dan mengurangi pekerjaan
tulis-menulis tetapi juga dapat berkolaborasi dan mendistribusikan
pengetahuan yang lebih baik antar partner bisnis.
REFERENSI :
- http://komarudintasdik.wordpress.com/2011/05/29/knowledge-management-and-its-link-to-artificial-intelligence/
- http://stevanustanly.wordpress.com/2010/05/25/teknologi-yang-mendukung-knowledge-management/
REFERENSI :
- http://komarudintasdik.wordpress.com/2011/05/29/knowledge-management-and-its-link-to-artificial-intelligence/
- http://stevanustanly.wordpress.com/2010/05/25/teknologi-yang-mendukung-knowledge-management/
Senin, 13 Mei 2013
Knowledge Codification Tools
KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM :KNOWLEDGE
SHARING CULTURE PADA JURUSAN SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS BINA DARMA
PALEMBANG
Nama kelompok .
1. Suci Permata Sari 10141127
2. Rischa Yulianty 10141123
3. Yordan 10141021
4. Ivan Batara 10141193
5. Aditya 10141060
6. Wiwit Sumantri 10141083
1. Suci Permata Sari 10141127
2. Rischa Yulianty 10141123
3. Yordan 10141021
4. Ivan Batara 10141193
5. Aditya 10141060
6. Wiwit Sumantri 10141083
A. Knowledge Map
Kodifikasi pengetahuan
adalah tahapan selanjutnya dari memperluas pengetahuan. Dengan mengubah
pengetahuan menjadi bentuk yang eksplisit dan tangible seperti suatu dokumen,
pengetahuan dapat dikomunikasikan secara lebih luas dan dengan sedikit
biaya. Interaksi terbatas dalam ruang lingkup mereka yang
dapat mendengar atau dapat melakukan kontak tatap muka langsung. Dokumen
dapat disebarkan secara luas melalui intranet korporat dan berlangsung lama, yang
dapat membuatnya tersedia sebagai referensi dan ketika diperlukan, baik oleh
staf yang ada dan staf di masa yang akan datang. Kodifikasi pengetahuan
membentuk memori korporat organisasi yang “nyata”.
Kodifikasi Pengetahuan :
- Pengorganisasian dan mewakili pengetahuan sebelum diakses oleh personil yang berwenang.
- Bagian pengorganisasian biasanya dalam bentuk pohon keputusan, tabel keputusan, atau bingkai.
- Konversi pengetahuan tacit ke pengetahuan eksplisit dalam bentuk yang dapat digunakan.
- Konversi informasi tidak terdokumentasi menjadi informasi yang didokumentasikan.
- Membuat perusahaan-spesifik pengetahuan yang terlihat, mudah diakses, dan digunakan untuk pengambilan keputusan.
Cognitive Maps
Ketika keahlian (expertise),
pengalaman dan know-how telah disebarkan secara eksplisit, biasanya melalui
suatu bentuk wawancara, konten yang dihasilkan dapat direpresentasikan sebagai
peta kognitif. Peta kognitif adalah cara yang baik untuk mengkoding
pengetahuan yang ditangkap karena peta juga menangkap konteks dan antarhubungan
yang kompleks antara konsep-konsep kunci yang berbeda. Peta kognitif
berdasarkan pemetaan konsep (Leake et al., 2003), peta konsep merepresentasikan
konsep dan relasi dalam bentuk grafik dua dimensi, dengan node/titik merepresentasikan
konsep kunci yang dihubungkan oleh hubungan-hubungan (links) yang
merepresentasikan proposisi. Hal ini hampir sama denagn jaringan semantik
yang digunakan oleh berbagai disiplin ilmu seperti linguistik, pendidikan dan
sistem berbasis pengetahuan. Tujuan dari sistem ini adalah untuk
mengorganisasikan lebih baik pengetahuan eksplisit dan menyimpannya dalam
memori korporat untuk penympanan jangka panjang.
Teknik dan Metode Kodifikasi
Pengetahuan (alat dan prosedur)
I.
Pemetaan Pengetahuan
- Berfungsi membimbing,
- Representasi visual pengetahuan, bukan repository,
- Sebuah direktori yang menunjuk langsung kepada orang-orang, dokumen, dan repository,
- Mengarahkan orang ke mana harus pergi ketika mereka membutuhkan keahlian tertentu,
- Menerima penangkapan pengetahuan eksplisit dan tacit dalam dokumen dan di kepala para ahli.
II.
Siklus Building
- Setelah Anda tahu di mana pengetahuan berada, Anda hanya menunjuk ke sana dan menambahkan petunjuk tentang cara untuk sampai ke sana,
- Sebuah perusahaan intranet adalah media umum untuk pengetahuan peta penerbitan,
- Kriteria Building : kejelasan tujuan, kemudahan penggunaan, ketepatan isi,
III.
Tabel Keputusan
- Lebih seperti spreadsheet – dibagi ke dalam daftar kondisi dan nilai-nilai masing-masing dan daftar kesimpulan,
- Kondisi yang cocok dengan kesimpulan,
IV.
Pohon Keputusan
- Diatur sebuah jaringan semantik hierarkis,
- Terdiri dari node yang mewakili tujuan dan link mewakili keputusan atau hasil,
- Baca dari kiri ke kanan, dengan akar berada di sebelah kiri,
- Semua node kecuali simpul akar adalah contoh dari tujuan utama. Lihat Gambar dibawah,
- Langkah pertama sebelum kodifikasi yang sebenarnya,
- Kemampuan untuk memverifikasi logika grafis dalam masalah yang melibatkan situasi yang kompleks yang menghasilkan sejumlah tindakan,
V.
Frames
- Merupakan pengetahuan tentang ide tertentu dalam satu tempat,
- Menangani kombinasi pengetahuan deklaratif dan operasional, yang membuatnya lebih mudah untuk memahami masalah domain,
- Memiliki slot (objek tertentu atau atribut dari suatu entitas) dan facet (nilai dari suatu obyek atau slot),
- Ketika semua slot diisi dengan nilai-nilai, frame dianggap instantiated.
VI.
Taksonomi Pengetahuan
Konsep dapat dipandang
sebagai blok-blok bangunan pengetahuan dan keahlian. Kita
masing-masing menggunakan definisi internal kita sendiri mengenai konsep untuk
membuat sense terhadap dunia sekitar kita. Ketika konsep kunci telah
diidentifikasi dan ditangkap, mereka dapat diatur dalam suatu hierarki yang
sering mengacu sebagai suatu taksonomi pengetahuan struktural. Taksonomi
pengetahuan membat pengetahuan dapat secara gambar direpresentasikan sehingga
merefleksikan organisasi konsep dalam bidang keahlian khusus atau untuk
organisasi secara lebih luas.
Kamus pengetahuan (knowledge
dictionary) adalah cara yang baik untuk menjaga konsep dan istilah kunci yang
digunakan. Hal ini mungkin disusun pada saat anda mengakuisisi dan
mengkoding pengetahuan. Hal ini harus secara jelas didefinisikan dan
diklarifikasi oleh “jargon” profesional berdasarkan domain permasalahan.
Taksonomi adalah sistem klasifikasi dasar yang membuat kita dapat menggambarkan
konsep dan ketergantungannya-biasanya dalam bentuk hierarki. Makin tinggi
konsep diletakkan, makin umum atau generik konsep tersebut. Makin
rendah suatu konsep ditempatkan, makin spesifik hal tersebut pada kategori
level tinggi. Konstruksi taksonomi melibatkan identifikasi,
mendefinisikan, membandingkan dan mengelompokkan elemen. Ketika
menciptakan taksonomi pengetahuan oganisasi, hal ini sangat penting untuk
mengidentifikasi pemilik konten. Taksonomi ini membantu memastikan konten
akan selalu up to date. Organisasi akan juga memiliki ide jelas dari
masing-masing anggota staf sebagai pemilik pengetahuan tertentu.
Taksonomi pengetahuan ini (kadang-kadang disebut peta pengetahuan) juga harus
memanfaatkan metadata, yang ditandai pada “informasi tentang informasi”-sebagai
contoh : penandaan konten dengan pemilik konten, tanggal “sebaiknya sebelum”,
informasi klasifikasi seperti kata kunci, informasi spesifik-bisnis seperti
audience yang dimaksud dan industri vertikal yang dituju.
REFERENSI :
- http://matakuliahmanajemenpengetahuan.wordpress.com/2013/04/08/tugas-7-4/
-http://matakuliahmanajemenpengetahuan.wordpress.com/page/16/
Others Techniques to Capture Tacit Knowledge
KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM :KNOWLEDGE
SHARING CULTURE PADA JURUSAN SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS BINA DARMA
PALEMBANG
Nama kelompok .
1. Suci Permata Sari 10141127
2. Rischa Yulianty 10141123
3. Yordan 10141021
4. Ivan Batara 10141193
5. Aditya 10141060
6. Wiwit Sumantri 10141083
1. Suci Permata Sari 10141127
2. Rischa Yulianty 10141123
3. Yordan 10141021
4. Ivan Batara 10141193
5. Aditya 10141060
6. Wiwit Sumantri 10141083
A. On-site
Observation (Action Protocol)
On-site
observation, (action protocol) adalah proses
mengamati, menginterpretasi dan mencatat perilaku pakar ketika memecahkan suatu
masalah. Teknik ini memerlukan konsentrasi pada semua langkah karena dilakukan
oleh pakar secara men-detail.
Knowledge developer harus bertanya kepada pakar
tentang proses penyelesaian masalah. Knowledge developer harus banyak
mendengar dibandingkan dengan berbicara, menghindari adanya bantahan atau
melakukan adu argumen kepada pakar ketika sedang melakukan kegiatannya.
- (on-site observation)
ü Observasi
dilakukan ditempat kerja
ü Proses mengamati, menafsirkan,
dan merekam perilaku ahli pemecahan masalah yang terjadi
ü Dibandingkan dengan proses wawancara,
pengamatan di lapangan membawa pengembang pengetahuan lebih
dekat dengan langkah-langkah nyata,
teknik, dan prosedur
yang digunakan oleh ahli.
Kelemahan
On_site Observation
ü bahwa kadang-kadang beberapa ahli tidak suka diamati
ü Reaksi dari rekan-rekan selama
pengamatan dapat mengganggu
ü Kerugian lain adalah akurasi
/ kelengkapan pengetahuan
ditangkap melemah
kesenjangan waktu antara pencatatan dan pengamatan.
Knowledge
sharing merupakan sebuah aktivitas dimana pengetahuan (informasi, skill, dan keahlian)
ditukarkan kepada orang lain, teman, atau bahkan anggota keluarga, dan
komunitas pada sebuah organisasi.
Knowledge
sharing tidak hanya sekedar
memberikan sesuatu kepada orang lain atau mendapatkan sesuatu dari mereka
sebagai hasil timbal balik. Namun knowledge sharing terjadi ketika
orang-orang secara alami tertarik untuk membantu satu sama lain untuk membangun
kompetensi dan kapasitas yang baru untuk bertindak. Jadi knowledge sharing
bukan sesuatu yang dipaksakan atau di siapkan secara formal, namun mengalir
secara alamiah dan ada unsur kerelaan untuk membantu orang lain demi kemajuan
atau mencapai tujuan tertentu.
Knowledge
sharing juga disebutkan
merupakan proses penciptaan pembelajran. Hal tersebut dimaksudkan bahwa melalui
kegiatan knowledge sharing, maka se-seorang akan mendapatkan
pemahaman, wawasan baru terhadap suatu hal, dan peningkatan tersebut merupakan
salah satu bentuk dari adanya pembelajaran.
Fokus
utama dari knowledge sharing adalah kemampuan seseorang untuk
mengeksplisitkan dan meng-komunikasikan pengetahuan kepada individu, grup, dan
organisasi. Selanjutnya dalam knowledge management system,
seorang individu diharapkan mampu mengkon-tribusikan pengetahuan mereka melalui
system yang telah disediakan oleh organisasi daripada di-share secara
personal atau kelompok tertentu saja. Knowledge mana-gement system
merupakan kunci utama keber-hasilan kegiatan knowledge sharing di
organisasi.
Isu utama
dalam knowledge management system adalah harus bisa
menunjukkan bahwa knowledge merupakan sebuah ‘benda publik’/public
good. Artinya adalah bahwa knowledge atau penegtahuan tersebut
harus tersedia untuk seluruh anggota organisasi tanpa melihat apakah mereka
semua turut berkontribusi apa tidak. Namun masalah muncul ketika ada
beberapa individu yang menikmati pengetahuan bersama tersebut tanpa memberikan
kontribusi. Isu tersebut masih menjadi hal yang membuat knowledge sharing
menjadi kegiatan yang sulit untuk dilakukan.
referensi
:
-http://noveanna-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-70249-Knowledge%20management-Knowledge%20Sharing.html
- http://www.tinylook.com/onsite-observation-action-protocol-adalah-115313-ppt.html
Langganan:
Postingan (Atom)